Kamis, 30 April 2009

37 Jam di Kota X

Kau ajak aku ke kotamu.
Terasa asing. Pilu.
Satu dua sudut tampak ramah
Tulus. Seperti hatimu.
Dalam ketakutanmu ada gelora :
Bayangan kelam dan cinta abadi
“Untuk itu aku disini.”
Di sisimu aku berbaring
Mengusir lara dalam nurani,
Lewatkan sepi.
Hujan pun mulai mengusik keramaian
Namun tenteram.
Mengantar kotamu jauh
Dari tatap. Aku pulang.
Dan sepi bukan lagi milik kita.

Makassar, 7 Mei 00; Minggu 13:00

Andai Kita Masih Sama-sama

Aku tak pernah menang melawanmu
bermain dende dan lompat tali
kita berjalan beriring
ke bukit
tempat menuliskan nama
pada batu-batu dan pohon
di sana cuma ada satu pohon
yang sarat dengan pahatan nama kita.
Ada sumi yang berkulit hitam legam
renir anak menir tak bisa bilang er sejak lahir
wanda si ambon manise
anak kepsek neneng tomboy
saodah dan lahajji buruh pabrik udang
kamal aso serta iping.
pohon itu sudah kesakitan.
Aku juga takut dengan ketinggian
tapi tidak sumi kecil
tidak juga renir generasi kedua
atau wanda cilik yang juga manis
bahkan neneng kecil
saodah dan lahajji kecil
kamal aso serta iping kecil
menang lagi melawan
sari mungilku yang manis
dan lucu,
bermain dende dan lompat tali.

Makassar, 18 Feb 00

Matahari Kesiangan

Matahari kesiangan
Tak satupun makhluk
berani bersiul.
Tidak juga burung bulbul
yang kemarin baru saja
ikut kursus bina vokalia.
Bahkan kembang pukul empat
tidak jadi lembur mengepakkan
kelopak warna warni.
Dibahunya.
Dan kemenangan merebaki
dada kelelawar karena
malam begitu panjang.
Tak mau keluar.

Redup

Bulan itu, kasih.
Sedang purnama.
Indah.
Cemerlang.
Tapi tak mampu sinari hatiku
Yang sedang temaram. Kehilangan cahaya.

Makassar, 17 Jan 01; 10:00

Oportunis

Aku yang salah, bukan kamu
Jadi, aku yang mesti tanggung jawab
Kok, malah kamu yang maju duluan ngaku salah
Aku kan jadi malu
Semua orang kan tahu kalau aku yang salah
Toh, dengan begitu kamu nggak perlu
minta maaf sama mereka
Aku pun tidak butuh pembelaanmu
Dan pembelaanmu itu tampak seperti dibuat-buat
Mereka bisa curiga kalau kamu pura-pura bela aku
Mereka bakal tahu kalau kamu tidak ikhlas
Keikhlasan itu yang menentukan tingkat pembelaanmu
Aku salah, kamu bela dengan mengaku
kamu yang salah
Orang-orang tahu kalau kamu tidak ikhlas
Berarti sekarang mereka betul-betul yakin kalau
Aku betul-betul salah
Wah … mati aku !
Dan itu semua gara-gara kamu
Berarti kamu yang salah telah melibatkan dirimu sendiri
dalam kesalahpahaman ini
Sekarang, aku tak akan membelamu
Karena aku takut kalau mereka tahu kesalahanmu itu
Seperti mereka tahu kesalahanku
Aku tak mau salah lagi
Biar kamu saja !

Makassar, 25 Mei 00; 9:30

Reuni Hujan

Hujan tak mengijinkanmu pergi
Dan ketika itu
Aku duduk disini melepaskan pandang
Menembus tirai-tirai tipis yang basah
Hujan mengantar tidurmu lelap
Dan kesendirianku
Hujan adalah kenangan
Dan ia membiarkanku menempel
Hangat pada tubuhmu
Damai
Hujan hanya hadir
Membangunkan ketakutan
Yang terkubur dalam bayang kelam masa lalu
Dan hujan menenteramkan
Jiwa yang sepi ini
Hujan adalah keteduhan
Dan amuk itu
Menjalari rangka dan darah
Terampas tercerabut oleh hujan
Damai.
Hujan tak lagi disini
Ia pergi tak kembali
Tapi ah…
Hujan tak sepertimu.

April 15th 2002; 10.20am